Bermain di Dunia Maya ...

Best Sight to the Future

JANDELA BLOG

PENDIDIKAN
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
OLAHRAGA
AGENT OF CHANGE

Akhlak dalam dunai psikologi dikenal dengan moral. Moral adalah bahasa latin ”mos” (Moris) yang berarti adat istiadat. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai moral itu seperti:

1. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain

2. memelihara ketertiban dan keamanan

3. Memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain

4. Larangan mencuri

5. Larangan berzina

6. Larangan membunuh

7. Larangan minum minuman keras dan berjudi

Seorang yang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Pada anak, Lawrance dan Abin Syamsudin mengklasifikasikan kedalam tiga tingkatan sebagaimana dalam tabel berikut:

Tingkat (Level)

Tahap (Stage)

Pra Konvensional

Pada tahap ini, anak mengenal baik buruk, benar atau salah suatu perbuata, dari sudut konsekwensi (dampak/ akibat) menyenangkan (reward) atau menyakiti (funinshment) secara fisik, atau enak tidaknya akibat perbuatan yang diterima.

Orientasi Hukuman dan Kepatuhan

Anak menilai baik buruk, atau benar salah dari sudut dampak (reward and finishment) yang diterima dari yang mempunyai otoritas (yang membuat aturan), baik orang tua atau orang dewasa lainnya. Di sini anak mematuhi aturan orang tua agar terhindar dari hukuman.


Orientasi Relatifis-Instrumental

Perbuatan yang baik benar adalah yang berfungsi sebagai instrune (alat) untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan diri. Dalam hal ini hubungan dengan orang lain dipandang sebagai hubungan orang di pasar (hubungan jual beli). Dalam melakukan atau memberikan sesuatu kepada orang lain, bukan karen arasa terima kasih atau sebagai curahan kasih sayang, tetapi bersifat pamrih (keinginan untuk mendapat balasan). ”Jika kamu memberiku ..., maka aku memberimu ...”.

Konvensional

Pada tingkat ini anak memandang perbuatan itu baik/benar, atau berharga bagi dirinya apabila dapat memenuhi harapan/persetujuan keluarga, kelompok atau bangsa. Disini berkembang sifat komformitas, loyalitas, atau penyesuaian diri terhadap keinginan kelompok, atau aturan sosial masyarakat.

Orientasi Kesepakatan antar Pribadi, atau Orientasi Anak Manis (Good boy/girl)

Anak memandang suatu perbuatan itu baik, atau berharga baginya apabila dapat menyenangkan, membantu atau disetujui /diterima orang lain


Orientasi Hukum dan Ketertiban

Perilaku yang baik adalah melaksanakan atau menunaikan tugas/kewajiban sendiri menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban sosial.

Pasca-Konvensional

Pada tingkat ini, ada usaha individu untuk mengartikan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang dapat diterapkan atau dilaksanakan terlepas dari otoritas kelompok, pendukung, atau orang yang memegang/menganut prinsip-prinsip moral tersebut. Juga terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.

Orientasi Kontrol Sosial Legalitas

Perbuatan atau tindakan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak-hak individual yang umum, dan dari segi aturan atau patokan yang telah diuji secara kritis, serta disepakati oleh seluruh masyarakat. Dengan demikian, perbuatan yang baik itu adalah yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.


Orientasi Prinsip Etika Universal

Kebenaran ditentukan oleh keputusan kata hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang logis, universalitas, dan konsistensi. Prinsip-prinsip etika universalitas ini bersifat abstrak, seperti keadilan, kesamaan hak asasi manusia, dan penghormatan kepada martabat manusia.

Selain perkembangan moral secara umum, dikenal dalam kajian Islam mengenai perkembangan kesadaran bergama (Akhlakul Karimah). Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa dalam ajaran Islam, sumber akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Kedua dasar inilah yang menjadi landasan dan sumber-sumber ajaran islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Dengan demikian akhlak seorang anak usia sekolah adalah akhlak yang dituntun dari dua sumber utama ajaran Islam, tentunya harus diberikan dan diajarkan serta dibiasakan sejak dini, baik dilingkungan keluarga, sekolah mapupun lingkungan masyarakat. Sehingga kelak dewasa anak akan memiliki kontrol diri dari perbuatan-perbuatan yang diluar ajaran Islam atau perilaku yang tidak dianjurkan oleh Al-Qur’an dan Hadits.

Ada beberapa contoh akhlakul karimah pada anak usia sekolah, diantaranya adalah:

1. Taat dan rajin beribadah (menjalankan perintah agama);

2. Hormat, patuh dan sayang terhadap orang tua;

3. Bertutur kata dan berpenampilan sopan;

4. Mengatakan sesuatu dengan sebenarnya (jujur);

5. Berkasih sayang terhadap sesama manusia;

6. Berkasih sayang terhadap makhluk Allah SWT;

7. Rajin mencari ilmu (sekolah);

8. Ulet dan teliti dalam mengerjakan sesuatu, karena rasa ingin tahu;

Akhlakul karimah terbentuk bukan hanya karena kesadaran moral berdasarkan pada norma yang berkembang pada suatu lingkungan, akan tetapi terjadinya pula proses perkembangan kesadaran beragama. Kesadaran beragama adalah fitrah manusia yaitu anugrah insting beragama (Homo Devinans dan Homo Religiuos).

Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat hablumminalloh maupun habluminannaas.

Kesadaran beragama yang akan merefleksikan dalam bentuk perilaku akan dipengaruhi oleh 2 faktor besar, yaitu faktor pembawaan (internal), dan faktor lingkungan (eksternal). Manusia secara pribadi telah memiliki jiwa taat kepada Allah SWT, hal ini jauh sebelum manusia tercipta Allah SWT menciptakan ruh yang taat kepada-Nya, sebagaimana dalam QS. Al-A'raf: 172 Allah berfirman:

Artinya: ”dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

Selain diberikan ketundukan (taqwa) kepada jiwa tersebut, Allah SWT mengilhamkan pula jiwa yang fasik, sebagaimana Allah berfirman: QS. Asy-Syams: 8

Artinya : ”Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.

Selain Faktor internal individu, ada juga faktor eksternal (lingkungan), diantaranya adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan media.

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan orang tua (keluarga) dalam pengembangan akhlakul karimah anak sangatlah dominan. Keluarga merupakan training center dalam penanaman nilai budi pekerti, bahkan sejak anak masih dalam kandungan.

Allah SWT berfirman: QS. At-Tahrim: 6

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

Faktor lain yang menunjang pengembangan budi pekerti (akhlakul karimah) adalah lingkungan sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada para anak didik agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya. Selain itu sekolah merupakan subtitusi dari keluarga dan guru-guru adalah substitusi dari orang tua.

Faktor eksternal lain yang kana mempengaruhi budi pekerti adalah faktor lingkungan masyarakat. Yang dimaksud dengan lingkungan masyarakat disini adalah kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama dan berperilaku baik. Dalam masyarakat, individu, terutama anak-anak dan remaja akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya.

Jika teman sepermainannya menampilkan perilaku yang sesuai nilai-nilai agama, maka anak remaja pun cenderung akan berkahlak baik. Namun sebaliknya, jika teman sepermainannya menampilkan akhlak yang tidak baik, maka anak-anak atau remaja akan cenderung berperilaku tidak baik.

Tidak kalah besarnya dampak yang akan diberikan kepada perkembangan akhlak atau moral anak secara menyeluruh adalah media, atau sesuatu yang anak baca, lihat dan perhatikan baik media cetak, maupun elektronik. Tontonan televisi utamanya, yang sekiranya tidak layak ditonton anak, hendaknya tidak ditampilkan atau blow-up pada waktu anak-anak staytune di depan layar TV. Secara kejiwaan anak akan terpengaruh dengan acara yang ia tonton, bakhan pada tingkat yang sangat menghawatirkan anak akan meniru apa yang ia tonton.

Empat elemen di atas akan memberikan dampak terhadap perkembangan perilaku atau akhlak anak. Bahkan ketiga elemen yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan memiliki tanggung jawab yang sama besar terhadap perkembangan akhlak anggotanya.

Itulah sekelumit akhlak dan faktor-faktor yang akan mempengaruhi terhadap perkembangan akhlak anak usia sekolah (dasar sampai menengah).



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Salim

1987 Akhlaq Islam, Cet. II, Penerbit Media Da’wah, Jakarta.

Duta Besar RI-Saudi Arabia

t.t Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsiran Al-Qur’an, Saudi Arabia.

Hamzah Ya’qub

1996 Etika Islam Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengatar), cet. VII, CV. Diponegoro, Bandung.

Hasan Langgulung

1995 Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Cet III, PT. Al-Husna Zikra, Jakarta.

I Djumar dan Moh. Surya

1985 Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance and Counseling), Cet. X, CV. Ilmu, Bandung.

M. Arifin

2000 Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Cet. IV, CV. Bumi Aksara, Jakarta.

M. Abdul Quasem

1988 The Ethicts of Al-Ghazali (Etika Ghazali), terj. J. Mahyudin Cet. I, Penerbit Pustaka, Bandung.

Syamsu Yusuf LN

2009 Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Cet. X, CV. ROSDAKARYA, Bandung.

Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf

2000 Krisis dalam Pendidikan Islam, Terj. Fadhlan Mudhafir, Cet. I, Al-Mawardi Prima, Jakarta.


0 komentar:

Posting Komentar

NU GADUH IEU SITE

Foto saya
saya suka pekerjaan yang saya sukai, selalu on time (masih belajar), yang jelas mau diajak ngomong apa saja ...

ASMAUL HUSNA

KALENDER ISLAM

AL-WAQTU

Ayo Ikut..ikut..

Touring

Touring
Pangadaran tujuan ku

GARUDA DI DADAKU

GARUDA DI DADAKU
Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman

ARSIP BERITA